Anaïs Nin said....

"The role of a writer is not to say what we all can say, but what we are unable to say"

Selasa, 26 Januari 2010

Dokter muda seperempat matang

Baru saja saya keluar dari stase radiologi, dan 2 minggu yang lalu magang di bagian radioterapi, penyinaran untuk kanker, terutama kanker nasofaring (semua stadium) dan kanker servik stadium II B keatas yang merupakan pasien terbanyak di bagian radioterapi. 2 minggu yang lalu juga saya merasa kesehatan itu sangat mahal harganya, bukan masalah materi, tapi memang sehat itu susah. Dan hari ini saya menelpon ayah yang sedang menjenguk keluarga di rumah sakit di pekanbaru. wanita itu adalah istri dari sepupu ayah, dan dia didiagnosa kanker stadium III b.

3 bulan yang lalu, mereka sekeluarga mampir ke palembang saat akan menghadiri wisuda anaknya yang seumuran saya di jakarta. Tante itu bilang kalau menstruasi banyak keluar darah. saat itu saya pikir tante itu terkena mioma uteri *tumor jinak rahim* yang mengenai ibu-ibu yang menopause, seperti mama saya yang sudah sembuh setelah di operasi. Dan saya menyarankan tante itu memeriksakan diri ke  spesialis  obgyn (Sp.OG) *kandungan* sesampainya dia di jakarta.

Dan mereka mampir lagi ke palembang, dan tante itu bilang kalau dia sudah ke Sp.OG di jakarta. Saat itu dia tidak menjelaskan apa-apa, dan berjanji memperlihatkan hasil pemeriksaannya yang berada di tumpukan tas-tas di bagasi yang penuh dengan barang pindahan anaknya. Dan hingga mereka pulang, saya tidak sempat melihat hasil diagnosa dari dokter di jakarta itu.

Sampai malam ini, saya berbicara dengan anaknya, yang berkata kalau ibunya di diagnosa terkena kanker serviks stadium III B, dan bertanya "bisa ga di operasi saja, ga usah di sinar?' Berdasarkan bimbingan yang saya terima dari dosen radioterapi saya 2 minggu yang lalu, stadium Ia, Ib, IIa masih bisa dioperasi dengan histerektomi *pengangkatan rahim, dan stadium II b ke atas (IIb, IIIIa, IIIb, IVa, IVb) tidak efektif lagi dengan operasi, sehingga pengobatan yang dilakukan adalah dengan radioterapi dan kemoterapi. Sungguh disayangkan mengapa saat mereka palembang, saya tidak sempat melihat hasil diagnosa yang mengatakan tante terkena kanker serviks stadium IIa.

Kemudian saya bertanya bagaimana hasil rontgen dada, panggul, dan hasil USG abdomennya, dan dia berkata semuanya dipegang oleh dokter dan tidak tau apa-apa. Dan sekali lagi ingatan saya kembali saat kami sedang membaca rontgen IVP pada kanker cervix, Rontgen IVP bertujuan untuk melihat staging kanker. Salah seorang konsulen radiologi bertanya, "kenapa penderita kanker serviks  sering meninggal karena gagal ginjal?". Dan jawabannya adalah karena mulai stadium II b tumor sudah mengivasi ke Parametrium *bagian dari rahim yang menjadi tempat lewatnya ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih)* yang dapat menyebabkan sumbatan pada ureter, dan terjadi aliran balik kencing ke ginjal yang jelas tidak steril dan juga menyebabkan tekanan pada ginjal sehingga ginjal menggembung yang disebut hidronefrosis *membuat ginjal tidak berfungsi.

Saya hanya menceritakan pada saudara saya itu, bahwa kanker serviks pada stadium itu bisa menyebabkan hidronefrosis seperti yang saya sebut diatas, tanpa embel-embel bahwa penderitanya sering meninggal karena penyakit itu. Saya tidak mau mendahului Tuhan YME, dan saya hanya dokter  muda 1/4 matang, yang baru 6 bulan menjalani dunia koass dengan ilmu yang jauh sekali dari kata cukup untuk memberi petuah. Saya hanya bilang supaya dia menyemangati ibunya supaya mau disinar, namun ada kendala dalam pengobatan dengan sinar, saat saya menanyakan berapa kadar hemoglobin ibunya, dia bilang 7,5 g/dl. Dan sekali lagi, ingatan saya kembali kepada perkataan konsulen radioterapi saat magang di sana, "Hemoglobin minimal harus 10 g/dl baru bisa di sinar, kalau tidak pasien bisa pingsan di dalam kamar penyinaran". Dan benar, Baru sekali di sinar, tante pingsan di sana. saya hanya menyarankan untuk mentransfusi darah hingga 10 g/dl, supaya bisa di sinar,dan gejala mual-mual yang dialaminya merupakan efek samping umum dari radioterapi.

Saat itu handphone kembali ke ayah saya, saya berpura-pura bertanya kapan ayah mau ngirim uang, padahal sebenarnya saya mau bilang ke ayah kalau keadaan tante itu sudah cukup parah, tetapi ternyata saya tau kalau handphone itu di loudspeaker, dan saya batal mengatakannya. Sekali lagi, saya tidak mampu berkata kepada keluarga mereka tentang keadaan ibunya. Disatu pihak saya, sebagai keluarga ingin memberitahu supaya mereka bisa tegar menghadapinya dan terus berusaha, tetapi disatu pihak saya tidak ingin mematahkan semangat hidup tante itu, dan alasan yang paling krusial. Saya masih dokter 1/4 matang, rasanya belum berkompeten untuk mengatakan tentang informasi yang biasanya dikatakan oleh para dokter spesialis.

Saya berdoa yang terbaik untuk tante..

Terimakasih untuk dosen-dosen radiologiku untuk bimbingan selama saya menjadi koass di radiologi.
 
 stand up for cancer

 
lagu pembuka di blog saya, adalah lagu "just stand up" yang dinyayiin oleh penyanyi-penyanyi ini untuk kampanye dalam rangka memberi semangat pada penderita cancer

dan kebetulan mereka semua artis favorite saya

3 komentar:

  1. jd speechless baca postingan ini, pertama karena byk istilah medis yg aku ga ngerti, kedua karena cerita pengalaman sperti ini pernah jg terjadi dalam keluargaku (tp bukan sakit kanker)

    salam kenal y..

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, banyak ilmu di sini, secara Shin-kun dulu pengen jadi dokter gak kesampaian, ihihi... share lagi ya Sis :p

    BalasHapus
  3. @ chi: susah dimengerti ya penjelasan aq.. padahal aq udah berusaha menggunakan kalimat yang bisa dimengerti oleh khalayak ramai.dengan penjelasan setelah istilah kedokterannya..
    mungkin lain kali lebih dijelasin lg

    keluarga kamu sakit apa,chi?

    @shinkhun: kamu bingung kyk chi juga ga? padahal kemaren2 aq kepikiran mau masukin tugas2 yg aq bikin ke blog ini. tapi aq pikir-pikir pembaca blog aq kan ga semua anak FK...

    BalasHapus