Anaïs Nin said....

"The role of a writer is not to say what we all can say, but what we are unable to say"
Tampilkan postingan dengan label obsesi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label obsesi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Agustus 2010

in this case, jealousy is a common..

saya iri banget melihat teman-teman saya, yang sekarang banyak yang udah kerja, dan lagi ngambil S2, malahan banyak yang dapat beasiswa S2 di luar negri, kayaknya ga bisa di itung dengan jari di kedua tangan saya berapa banyak teman SMA saya yang bisa mempunyai kesempatan bersekolah di negeri orang. rata-rata memang anak-anak ITB. Kadang ada sedikit perasaan menyesal, kenapa dulu SPMB ga ngambil ITB, dulu saya memang terlintas dipikiran saya mau masuk ITB, Cuma mengingat disana ada mata kuliah olahraga dan ospeknya yang berat, saya mengurungkan diri. 

saya memang ga suka dengan pelajaran olahraga, karena selain saya ga bisa renang, saya juga benci pelajaran senam lantai yang bikin tulang belakang saya trauma. dan saya tidak jago dalam urusan lari. saya terlalu phobia dengan olahraga, sejak SMP. kayaknya senam lantai is the most haunted sport buat saya, karena kalo berenang masihlah ya bisa nahan nafas supaya bisa minimal sampai seperempat jalur... hwahhahah :P. waktu kecil saya suka berenang, tiap minggu ke kolam berenang, tapi gara-gara saya pernah sakit gara2 seharian berenang dari pagi ampe sore non stop gara-gara teman saya ga mau pulang-pulang dari sana, waktu itu kulit saya melepuh semua, banyak bula-bula besar *(istilah kedokteran versi saya untuk gelembung  yang berisi cairan tubuh, yang biasanya didapatkan pada kulit yang terpapar panas yang tak bisa ditoleransi-maaf kalo istilahnya tidak sesuai dengan kamus kedokteran)

kembali ke masalah cemburu.. hal-hal diataslah yang membuat saya melupakan ITB sebagai pilihan untuk kuliah, dan saya kembali ke cita-cita saya sejak kecil, menjadi dokter, dan hasilnya pilihan saya tertambat pada 2 pilihan yang semuanya adalah fakultas kedokteran.

saya memang senang melihat info education and work di facebook teman2 saya. yang rata-rata bikin iri. rasanya ingin bisa punya kesempatan kayak mereka. memang walau di fakultas kedokteran juga bisa mendapat beasiswa  ke luar negri, tapi saya rasa sangat susah, sedangkan mengambil pendidikan spesialis di indonesia saja rasanya berat, apalagi di luar negri. mungkin S2 di luar negri  untuk medical science lebih banyak ditemukan, dibandingkan spesialis. Tapi memang harus niat mencari beasiswa, karena dari universitas saya tidak seperti ITB yang peluang untuk mendapat beasiswa di luar negri lebih besar. mahasiswa ITB itu terfasilitasi dengan edufair dan jobfair lain-lain. 

saya pernah mencoba mencari-cari info beasiswa ke luar negri, pilihan saya jatuh pada negara di asia, kenapa? 
  • karena saya pikir persaingannya tidak seketat di amerika atau eropa
  • karena lebih dekat, ongkos mungkin lebih murah dari pada ke amerika atau eropa (sepengetahuan saya tiket ke amerika bisa 15 jutaan sekali pergi *maaf kalo salah)
  • setidaknya mata uang kita rupiah yang tercinta itu kalo ditukar dengan mata uang negara asia, lebih banyak dapatnya bila dibandingkan dengan euro atau US dollar apalagi poundsterling.
setelah saya melihat-lihat top rank universitas dunia, negara asia yang paling berkompeten dalam urusan   sekolah kedokteran adalah jepang, taiwan, thailand.
kalau saya boleh bermimpi dan berandai-andai, pilihannya mungkin:

  • jepang: mungkin pengaruh guru geografi di SMP saya yang selalu membangga-bangga kan jepang di setiap ia memberikan pelajaran *saya belum sempat searching sih.
  • thailand: saya pernah search di google tentang fakultas kedokteran disana, ada FK yang namanya siriraj hospital. saya jadi ingat siriraj score untuk mengkategorikan stroke, ditambah saya berminat dalam spesialis syaraf/neurologi. *dulu saya pikir siriraj itu orang india loh..
 i wanna have scholarship on this unversity where siriraj score came from here.
Siriraj Hospital adalah rumah sakit tertua di Thailand, yang terletak di Bangkok di tepi baratSungai Chao Phraya , berlawanan Thammasat University 's Tha Phrachan kampus. Ini adalah rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedokteran Rumah Sakit Siriraj, Mahidol University .Rumah sakit itu didirikan oleh Raja Chulalongkorn pada 1888, dua tahun setelah seluruh duniakolera wabah. Hal ini dinamai bulan tua anak raja-18, Pangeran Siriraj Kakuttaphan, yang meninggal dari disentri setahun sebelum pembukaan rumah sakit. Sekolah kedokteran didirikan dua tahun kemudian pada tahun 1890. Dengan kapasitas lebih dari 3.000 tempat tidur dan lebih dari satu juta kunjungan rawat jalan per tahun, Siriraj adalah salah satu, pusat kesehatan terbesar yang paling padat di Thailand. Sekolah kedokteran menerima sekitar 250 mahasiswa kedokteran dan lebih dari 100 untuk residensi pascasarjana pelatihan setiap tahun.
Siriraj juga telah kediaman Raja Thailand, Raja Bhumibol Adulyadej HM sejak raja berusia 82 tahun itu mengakui pada bulan September 2009, untuk pengobatan kondisi pernafasan.
Jaman sekarang ini, Siriraj adalah rumah sakit umum terbesar di Thailand. Dari keunggulan praktek medis, unit perawatan tersier adalah pusat rujukan untuk semua rumah sakit di Thailand. rumah sakit Siriraj akan menjadi pusat medis di Asia di masa depan.
The Medical Museum Siriraj , yang mencakup sebuah museum di kedokteran forensik, terletak di situs Rumah Sakit Siriraj.(wikipedia).
  • taiwan: dulu sebelum kakek saya akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, ia sempat berkeinginan berobat ke taiwan, setelah mencoba berbagai pengobatan dari dalam dan luar negri, mulai dari bolak-balik RS. harapan kita, lalu bolak-balik ke rumah sakit malaka, malaysia, gleneagles singapore. saya pernah mencoba searching.. akhirnya saya menemukan kaohsiung medical university yang memberikan beasiswa.

i wish that one day i could have scholarship from kaohsiung medical university :P * i like this building
Kaohsiung Medical College (KMC) was established in 1954 by the former Mayor of Kaohsiung City, Frank C. Chen, and Dr. Tu Tsung-Ming, the first Ph.D. of Medical Sciences of Taiwan.[2] At the time of Kaohsiung Medical College's establishment, the college was the first private institution of its kind in Southern Taiwan. Dr. Tu, the founding Principal of KMC dedicated his life to fulfilling his teaching philosophy: "Embrace the Joy of Learning, Know the Cruciality of Research", and "Advance with Unwavering Resolution, Honour the Pursuit of Knowledge, Consecrate to the bettering of the World."
The college hospital, the "Chung-Ho Memorial Hospital", was founded three years after the establishment of KMC in June 1957. "Chung-Ho Memorial Hospital" is the largest medical center in southern Taiwan, and serves as a first-rate teaching hospital with exceptional medical health services. "Chung-Ho Memorial Hospital" has the three-pronged mission of educating students, advancing medical researches and provide medical services. In 1998, KMC, in agreement with the Kaohsiung Municipal Government, acquired an additional teaching hospital, the Hsiao-kang Hospital, which further strengthened KMC's capability in training superior medical professionals and providing outstanding medical services.
Kaohsiung Medical College was re-shaped into the "Kaohsiung Medical University (KMU)" in August 1999 with the permission of the Ministry of Education, Taiwan.
KMU was rated "superior" by the Ministry of Education, Taiwan in all categories of the "Mid-term School Administration Development Plan" (wikipedia)

ini hanya cita-cita terpendam saya. syukur-syukur kalau bisa jadi kenyataan. tapi rata-rata beasiswa di luar itu hanya untuk tahun pertama, untuk tahun berikutnya tergantung nilai akademik kita..

terlepas dari semua cita-cita terpendam saya, seandainya saya mendapat beasiswa untuk melanjutkan jenjang S2/ Spesialis di dalam negeri saja saya akan sangat bersyukur.


bagi yang pernah kuliah di luar negri boleh kasih info dan sharing disini. saya membutuh masukan..

Rabu, 20 Januari 2010

OBSESI : MENJADI DOKTER PTT

Kemarin malam saya iseng googling tentang dokter PTT (pegawai tidak tetap). Walau saya masih koass tetapi saya jadi tertarik untuk mengikuti PTT setelah membaca beberapa blog dokter yang sedang dan telah selesai PTT.  Walau PTT tidak wajib lagi, tapi menurut saya, PTT  itu penting untuk para fresh graduated, untuk menambah pengalaman dalam mengobati pasien. walau dalam menjalaninya pasti bakal banyak suka dan duka.
Kalau boleh berandai-andai, seandainya saya sekarang baru lulus dokter dan berencana PTT. Sepertinya saya tertarik memilih ke daerah yang sangat terpencil dan terpencil yang masa baktinya 6 bulan atau 1 tahun. *kalau di kota menjadi PTT selama 3 tahun, tidak cocok untuk saya yang mudah jenuh.
Untuk ukuran seorang anak perempuan, saya cukup mandiri, dan bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya pernah tinggal di pekanbaru, dan pindah ke bandung, kemudian saya memilih kuliah di Palembang ,yang notabene saya tidak punya sanak family di kota ini. Dan ketika saya menginjakkan kaki di Palembang, saya tidak tinggal di kota, malahan tinggal di indralaya yang merupakan kecamatan di salah satu kabupaten di sumatera selatan. Hal ini, dikarenakan kampus unsri yang regular ditempatkan di daerah yang 1 jam perjalanan dari Palembang. Untuk saya yang dari bandung dengan suasana yang kota banget, kemudian harus tinggal dengan suasana “desa”, sangat mengagetkan pada awalnya, namun lama-lama bisa juga menikmatinya selama 2 tahun, sebelum akhirnya pindah ke Palembang. Begitu juga dengan PTT, walau di tempatkan di tempat sangat terpencil, saya mungkin akan berusaha menikmati pengalaman yang baru. Menurut saya tinggal di pedesaan tidak ada buruknya, sesekali menikmati tinggal di daerah yang bebas polusi ada baiknya. Saya juga suka menonton acara “si bolang” yang bercerita tentang pertualangan anak-anak desa di indonesia, juga acara “harmoni alam” yang berusaha memasak masakan di alam terbuka dengan peralatan seadanya.
Ini hanya sebuah pengandaian, kalau saya harus memilih tempat untuk PTT. Walau terlalu cepat untuk memikirkannya saat ini, tapi apa salahnya mempunyai rencana sebelum memulainya. Setelah saya membaca artikel di internet, Pilihan daerah yang saya pilih seandainya saya PTT, walau alasannya masih ‘anak-anak’ banget:
1.    Kalimantan timur: karena sepertinya teman-teman SMA saya yang sudah tamat kuliah, banyak bekerja di sini, yah lumayan bisa ketemu teman-teman lama. Dan kaltim termasuk daerah yang cukup berkembang di Kalimantan. Walau saya belum dapat cerita blog dokter yang PTT di kaltim.
2.    Kalimantan selatan: setelah googlyng.. mungkin ini pilihan yang cukup baik setelah kaltim. dan saya tertarik dengan kalimantan, karena tidak terlalu jauh dari pulau jawa dan sumatra dibandingkan dengan papua atau sulawesi.
3.    Lombok, NTB: sebenarnya dari dulu saya pengen sekali datang ke lombok. alasan yang  so childish emang. tapi menurut saya kalau kita menyukai tempatnya,maka biasanya kita akan berusaha bisa betah di sana.

4.    Maluku : kakak teman saya lagi PTT disana, dan katanya enak PTT disana, walau agak jauh,tapi setidaknya tidak sejauh papua.
5.    Sumba, NTT: sebanarnya saya tidak terpikir saat googling daerah yang saya inginkan, tapi setelah googling dan saya terdampar di blog dokter yasin yang menceritakan keindahan alam di sumba dengan pantai taribang nya.
bagus ya pantai tarimbang


jadi pengen ke sini 

7. the last not least, RIAU Sebagai kampung halaman saya dan tempat seluruh keluarga ayah saya tinggal. walau saya tidak tahu apakah di Riau ada tempat yang tergolong terpencil, apalagi sangat terpencil.

alasan-alasan yang saya pilih memang belum matang dan masih terlihat so childish, maklum saja saya masih koass, hanya berandai-andai seandainya saya menjadi dokter PTT *kayak iklan rokok yang terobsesi menjadi sutradara. posting ini hanya sebuah angan-angan yang belum tentu dikabulkan oleh orangtua saya, kecuali untuk pilihan terakhir. kalau Riau sih memang tempat yang akan saya tuju setelah saya lulus menjadi dokter.

karena alasan saya yang belum matang, buat kakak-kakak, abang-abang, mas-mas, mbak-mbak yang punya pengalaman PTT, bisa sharing disini.